Pada masa ini ramai orang yang beranggapan bahawa Bani Israel dan Yahudi itu adalah sama sahaja. Tapi sebenarnya, setiap satu dari yang disebutkan itu adalah berbeza.
Menurut sejarah Islam, Yahudi adalah nama bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi Musa Alaihissalam dan mengagungkan kitab Talmud. Adapun yang beriman kepada Nabi Musa dan kitab Taurat, mereka itulah yang disebut Bani Israil.
Zionisme pula adalah satu ideologi atau kefahaman yang bertentangan dengan kitab Taurat( kitab Allah untuk umat Nabi Musa Alaihissalam).
Istilah Zionisme, berasal dari kata Zion dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu. Maksudnya, ialah batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota Al-Quds, Jerusalem, Israel. Kata Zionis ini kemudian dipergunakan sebagai nama suatu ideologi yang diikuti oleh bangsa Yahudi di seluruh dunia, yaitu bahwa bangsa Yahudi akan mendirikan kerajaan Israel Raya dengan Al-Quds sebagai ibu kotanya. Kitab Talmud atau Taurat orang Yahudi (bukan Taurat Nabi Musa), yang dijadikan pegangan bagi kekuatan setan untuk menguasai dunia, sehingga bumi ini penuh dengan kejahatan, kezaliman dan penindasan.
Selama berabad-abad, umat Islam memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat bersahabat dan mereka menyambut persahabatan ini dengan kesetiaan. Namun, hal yang telah merusak keadaan ini adalah Zionisme.
Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua perkara yang menjadi ciri menonjol di Eropah pada abad ke-19, ialah rasist dan kolonialisma, begitu terpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama.
Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah fahaman ateis.
Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropah. Oleh itu mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri.
Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun kebaikan selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok terorist Zionisme melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan English. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionist telah mengheret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kancah kekacauan dan peperangan.
Titik awal dari Zionisme yang melakukan segala kebiadaban ini bukanlah agama Yahudi, tetapi Darwinism Sosial, sebuah ideologi rasist dan kolonialist yang merupakan warisan dari abad ke-19. Darwinism Sosial meyakini adanya perjuangan atau peperangan yang terus-menerus di antara masyarakat manusia. Dengan mengindoktrinkan ke dalam otak mereka pemikiran “yang kuat akan menang dan yang lemah pasti terkalahkan”, ideologi ini telah mengheret bangsa Jerman kepada Nazisme, sebagaimana orang-orang Yahudi kepada Zionisme.
Kini, banyak juga kaum Yahudi yang taat beragama, menentang Zionisme. Sebagian dari kaum Yahudi yang taat ini tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog(tempat ibadat) para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, hlm. 19)
Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat Nabi Musa, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Oleh yang demikian, yang bertanggung-jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasisme yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama.
Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi pada bentuk-bentuk fasisme yang lain, Zionisme juga berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih matlamat dan tujuannya.
Orang-orang Zionist sebenarnya tergolong dari berbagai-bagai rumpun bangsa dan bukan satu bangsa yang tulen sehinggalah penubuhan Negara Israel dalam tahun 1948.
Dalam tahun 1970, Parlimen Israel telah meluluskan satu undang-undang yang mentafsirkan Yahudi sebagai seorang yang dilahirkan daripada seorang ibu Yahudi. Satu tafsiran yang tidak mempunyai erti langsung. Apa yang telah mengekalkan perpaduan mereka ini ialah keteguhan mereka dalam memegang dan mengamalkan agama yang dikenali sebagai Judisme. Judisme adalah Ideologi Zionisme.
bersambung......
SEGALA INFORMASI BARU AKAN DITAMBAH DARI MASA KE SEMASA.
Jumaat, 18 Julai 2008
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan